Orang yang menculik dan mengurung penulis novel ringan pemula, Yoshiro, adalah ciptaannya sendiri, sang pahlawan wanita yang kalah, Meipris!? Apakah dia sungguh-sungguh ingin dia menulis kisah hidup pengantin baru dengan dirinya sebagai protagonis sebagai pembaca yang rajin? Atau apakah dia nyata?

“Tuan, aku… sangat mencintaimu…!” gumam pelayan rubah itu, menatap Yoshiro dengan mata terangkat, kelucuannya menghilangkan keraguan.

“Meipris!”

Didorong oleh hasrat yang meningkat, dia menutupi Meipris dan memposisikan kejantanannya di pintu masuknya yang basah. Dengan sensasi licin yang hanya berlangsung sesaat, kenikmatan melonjak di tulang punggungnya.

“……!”

Meipris mengeluarkan erangan terengah-engah yang tidak bisa diucapkan. Dia pasti menahan rasa sakit karena kehilangan keperawanan. Meipris mengepalkan tangannya erat-erat dan gemetar. Meskipun Yoshiro bisa melihat air mata mengalir di sudut matanya, dia tidak punya ruang untuk menyekanya dengan ujung jarinya atau menjilatnya dengan lidahnya